Pages

Kamis, 29 Oktober 2009

: : Lagu : :




Kisah Palestina
Album : Tak Kenal HENTI !!!
Munsyid : Shoutul Harokah
http://liriknasyid.com


Palestina, negeri yang tercinta
Tempat suci umat Islam, kiblat yang pertama
Palestina, kini terluka
Tertindas oleh yahudi durjana
Palestina, tanah jihad kita
Berjuanglah kobarkan perlawanan

Intifadhoh ? Intifadhoh

Hancurkan, segala, kedzoliman
Tumbangkan, tirani, angkara murka
Langkahkan kakimu
Ayo jangan ragu (Alloh)
Allohu Akbar, Allohu Akbar

Reff :
Majulah serentak, hai mujahid setia
Bebaskan Palestina dari taring penjajah
Majulah serentak, hai mujahid setia
Bebaskan Palestina dari taring penjajah

Binasakan (binasakan)? Lantakkan (lantakkan)?
Yahudi la'natulloh ?
Binasakan (binasakan)? Lantakkan (lantakkan)?
Yahudi la'natulloh
Yahudi la'natulloh

Hahahahahaa hahahahahaa hahahahahaa hahahahahaa
Hahahahahaa hahahahahaa hahaahahaa

Intifadhoh ? Intifadhoh

Hancurkan, segala, kedzoliman
Tumbangkan, tirani, angkara murka
Langkahkan kakimu
Ayo jangan ragu (Alloh)
Allohu Akbar, Allohu Akbar
Allohu Akbar, Allohu Akbar
Alloh allohu akbar
Allohu Akbar, Allohu Akbar
Alloh allohu akbar

Majulah serentak, hai mujahid setia
Bebaskan Palestina dari taring penjajah
Majulah serentak, hai mujahid setia
Bebaskan Palestina dari taring penjajah

Binasakan (binasakan)? Lantakkan (lantakkan)?
Yahudi la'natulloh
Binasakan (binasakan)? Lantakkan (lantakkan)?
Yahudi la'natulloh
Yahudi la'natulloh

Palestina, negeri yang tercinta
Tempat suci umat Islam, kiblat yang pertama
Palestina, kini terluka
Tertindas oleh yahudi durjana
Palestina, tanah jihad kita
Berjuanglah kobarkan perlawanan
Intifadhoh ? Intifadhoh

Hancurkan, segala, kedzoliman
Tumbangkan, tirani, angkara murka
Langkahkan kakimu
Ayo jangan ragu (Alloh)
Allohu Akbar, Allohu Akbar
Allohu Akbar, Allohu Akbar
Alloh allohu akbar
Allohu Akbar, Allohu Akbar
Allohu Akbar
Allohu allohu akbar

Minggu, 25 Oktober 2009

NEKAD DAN TEKAD

***Ini tentang nikah...

Berbicara tentang nikah memang tidak akan ada habisnya, terlihat dari sekian banyak tulisan yang membahasnya. Tulisan yang satu ini bukan untuk ikut-ikutan, atau sedang kehabisan tema, juga bukan sedang tertular VPN (Virus Pengen Nikah) karena penulis tidak menganut “Aliran Cepat Nikah”. Tapi tulisan ini hanya ingin melampiaskan hasrat ingin menulis dari hasil bincang-bincangku dengan seorang akhwat kemaren sore. Jika anda bosan dengan tema yang “Ini Lagi Ini Lagi”, silahkan mengganti link anda sekarang juga. Trimakasih..

***Udah tekad, nekad aja...

Kisah tentang sebuah tekad untuk menikah yang butuh modal nekad (nekad itu lahir karena ada ilmu tentunya). Seorang ikhwan yang kukenal, akan melangsungkan pernikahan 2 minggu lagi. Dahsyat..!! saat kuliah belum selesai, kerja yang masih sambilan, tabungan yang baru dimulai, tak melunturkan tekadnya untuk menikah. Teman akhwatku berkomentar, itu karena ilmu yang dimilikinya tentang manfaat menikah dan kesanggupannya untuk mempraktekkan ilmu itu, maka terKithbahlah si akhwat yang dipilihnya. Okay.. spakat.. semua karena ilmu + keberanian + tekad + nekad = nikah. Aha?! Rumus baru nih.. (saya tidak menganjurkan rumus ini digunakan).


[Untuk sekedar memberi tau, tulisan ini hanya pelampiasan hasrat ingin menulis di malam-malam buta. Jika anda ingin menyudahi membacanya, maka anda belum terlambat]

***Biaya bukan kendala...

Ups.. masalah yang satu ini membuat kita jadi parno untuk cepat-cepat menikah (kita??). tapi tidak dengan ikhwan kenalanku ini, dengan tabungan yang sedikit ditambah tabungan pemberian akhwat ditambah infaq kerabat, dia tetap lanjut untuk menikah. Walaupun dana yang terkumpul masih bilangan satuan. Tapi tak menyurutkan semangatnya karena biaya bukan kendala.. satu lagi nih yang bikin aku tersenyum kagum, sampai H-2minggu mahar belum juga dibeli, faktornya tak lain dan tak bukan ‘biaya’ tentunya. Tapi, lagi-lagi, biaya bukan kendala, rencananya dia akan membeli mahar dengan gajinya bulan ini yang akan didapatkannya seminggu lagi atau H-1minggu. Subhannallah ya,, dia benar-benar tidak khawatir bagaimana menjalani hari-hari setelah pernikahan tanpa gaji untuk kehidupan sebulan kedepan. Itu semua karena ia yakin dengan pengaturan rizki yang sudah tertuliskan. Mmmm..jadi inget dengan tulisan Asma Nadia nih. Ntah comot dari mana ni tulisan, lupa, tapi ini nih potongan tulisannya

Surat untuk calon suamiku

Calon suamiku….

Aku maklum, bila sampai detik ini kau belum juga hadir. Permasalahan yang menimpa kaum muslimin begitu banyak. Kesemuanya membentuk satu daftar panjang dalam agenda kita. Aku yakin ketidakhadiranmu semata-mata karena kesibukan dakwah yang ada. Satu kerja mulia, yang hanya sedikit orang terpanggil untuk ikut merasa bertanggung jawab. Insya Allah, hal itu akan membuat penantian ini seakan tidak pernah ada.

Calon suamiku….

Namun jika engkau memang disediakan untukku di dunia ini, bila kau sudah siap untuk menambah satu amanah lagi dalam kehidupan ini, yang akan menjadi nilai plus di hadapan Allah (semoga), maka datanglah. Tak usah kau cemaskan soal kuliah yang belum selesai, atau pekerjaan yang masih sambilan. Insya Allah, iman akan menjawab segalanya. Percayakan semuanya pada Allah. Jika Dia senantiasa memberikan rizki, padahal kita tidak dalam keadaan jihad di jalan-Nya, lalu bagaimana mungkin Allah akan menelantarkan kita, sedangkan kita senantiasa berjihad di sabil-Nya?!

Banyaklah berdoa, Calon Suamiku, di manapun engkau berada. Insya Allah, doaku selalu menyertai usahamu.


NB: Ngomong-ngomong, nama kamu siapa, sih?



Hhihihi.. mantep ni tulisan..Yukh kita ulang kalimat terakhirnya Jika Dia senantiasa memberikan rizki, padahal kita tidak dalam keadaan jihad di jalan-Nya, lalu bagaimana mungkin Allah akan menelantarkan kita, sedangkan kita senantiasa berjihad di sabil-Nya?! Tu kan.. keyakinan dan imanlah yang akan menjawab segalanya. So, tunggu apa lagi??
Hoho. Tulisan ini sama sekali tidak menganjurkan anda untuk cepat-cepat menikah. Tapi, hanya mengundang ketertarikan anda untuk ke arah sana (jiah.. dubrak.. ). Ga kok, itu semua Balik lagi kepemikiran masing-masing orangnya. Kalau saya memilih untuk TCN (tidak cepat nikah). Bagaimana dengan anda??


: : mohon maaf atas kekecewaan dari tulisan ini. Sesungguhnya, penulis hanya ingin mengundang rasa ngantuk yang tak kunjung datang. Jadi, sekali lagi mohon maaf atas segala khilaf kata. Minal aidil wal faizin mohon maaf lahir dan bathin : :

Kamis, 15 Oktober 2009


muslimah itu anugrah terindah dunia.
ia lembut, tapi tidak lemah.
mempesona tapi tetap bersahaja.
ia tau bagaimana menjaga izzah dirinya.
ia mengerti bagaimana menjaga akhlak dan kemuliaannya.
itulah yang membuatnya istimewa, dibanding wanita lainnya.
ilmunya telah mengankatnya menjadi permata terindah dunia.


~dr k'aisy

Jumat, 02 Oktober 2009

Cerita tanpa judul

Lagi-lagi rasa itu menyesakkan dadaku. Sakit. Ku coba berbicara pelan tak seheboh biasanya. Tapi rasa itu terus mendesak masuk kedalam rongga dadaku. Sesekali hilang. Samar. Kemudian kembali. Lagi. Dan lagi. Dadaku serasa digencet hingga menjadi kecil dan membuat nyeri. Ingin rasanya ku pecahkan sebagian rusukku agar dada ini menjadi lapang dan akupun bisa tenang. Tapi jelas tak mungkin.
Akhir-akhir ini rasa itu kian muncul. Hampir tiap hari. Jika rasa itu muncul aku hanya bisa mengeluh dalam hati “ah.. sakit lagi”
Sempat berfikir mungkin jantungku tertusuk salah satu rusukku hingga membuatnya bolong. Atau jantungku mengkerut hingga menjadi kecil sekali. Ah.. kutepis kemungkinan-kemungkinan aneh yang ku ciptakan sendiri. Ku coba kembali kosentrasi pada akhwat yang sedang berbicara lemah lembut didepanku. Suatu ketika ia menjadi guru ngajiku. Suatu ketika pula ia menjadi partner kerjaku. Dan kini ia sedang memberikan pelatihan kecil-kecilan padaku seorang.
Lama kelamaan rasa itu hilang. Hanyut bersama tangisan si mujahid cilik yang ada dipangkuan sang ummi. Ku perhatikan akhwat yang kukenal setahun belakangan ini. Betapa repotnya mengurus si kecil yang mulai gelisah. Betapa repotnya membagi waktu antara keluarga dan berkegiatan. Ah.. dadaku kembali sesak dengan bayangan-banyangan kerepotan yang belum-belum telah menghantuiku. Kembali kupusatkan pikiranku pada buku kecil yang kupegang.
Mungkin saudariku itu mengetahui kegelisahanku, yang kemudian ia menyudahi pertemuan kami hari ini. Akhirnya, aku bisa pulang juga. Berjalan sedikin membuat dadaku sedikit plong. Aku bertemu dengan teman sekelasku yang ingin mencari makan. Kami pun berbincang-bincang dan untuk sementara aku lupa dengan rasa sakit didadaku. Hidup sebagai anak kostan seperti temanku ini menuntutnya untuk mengurusi diri sendiri. Kubayangkan diriku menjadi seorang anak kost. Aku rasa maghku semakin meradang karena pola makanku yang berantakan.
***
Aku meremas ibu jari tanganku sendiri saat bus kota yang ku tumpangi meluncur cepat dijalanan. Mungkin si supir lupa kalau ada puluhan nyawa di dalam sini. Tapi tak kuhiraukan tingkah aneh si supir. Kembali kuremas jari-jari tanganku ketika dada ini kembali terhimpit. Ku remas ibu jariku kuat-kuat, berfikir bahwa itu adalah tombol pembuka pintu didadaku yang terkunci rapat hingga tak ada udara yang dapat masuk. Aku berharap pintu akan terbuka dan segala sesak akan keluar bersama nyeri dan gencetan-gencetan yang menyakitkan. Tapi pintu tak kunjung terbuka. Dada ini justru semakin sakit rasanya. Ku arahkan mataku pada pemandangan diluar sana agar bisa kuprediksi berapa lama lagi aku akan tiba dirumah. Kujumpai genangan air yang meluas. Luas sekali. Sebuah danau yang merupakan pintu gerbang menuju kecamatan tempatku tinggal. ingin rasanya aku menceburkan diri kedalam danau buatan itu, terus tenggelam sampai kedasar hingga besok masyarakat akan menemukanku terapung tak bernyawa dan tentunya tanpa rasa sakit didadaku. Ah.. kutepis khayalan-khayalan putus asaku jauh-jauh. Kulihat hutan lindung yang menunjukkan pohon-pohon yang berjajar berantakan tapi penuh pesona. Rumahku semakin dekat. Rasa sakit itupun kian samar. Huff.huff.. kuhembuskan pelan nafas ini berulang-ulang sampai ku dapatkan situasi yang nyaman. Akupun kembali tenang. Yah.. beginilah. Kadang kurasakan sakit yang teramat sangat dan kadang rasa sakit itu sirna walau masih menyisakan nyeri tapi itu samar kurasakan.