Fenomena pencucuian otak oleh Negara Islam Indonesia (NII) yang akhir-akhir ini marak terjadi menjadi daya tarik tersendiri untuk diperbincangkan. Menjadi semakin menarik ketika target-target yang menjadi incaran NII dari kalangan pelajar sehingga membuat para orang tua semakin cemas. Walaupun dikatakan bahwa pada tahun 1962 pergerakan ini telah mati, namun gerak-gerik NII masih bisa kita lihat sampai saat ini bahkan pergerakannya pun sudah semakin luas hingga masuk ke kampus-kampus, sekolah-sekolah menengah atas sampai pada sekolah menengah pertama. Ketika dilihat pola pergerakan NII yang begitu rapi dan terkoordinir dengan sasaran adalah pelajar tingkat dini, ini mengingatkan kita pada strategi dakwah pada jemaah tarbiyah yang juga memiliki pola gerak yang rapi dan memulainya dari sedini mungkin.
Ini menggambarkan bahwa pengaruh pendidikan sangat besar untuk menggerakkan sebuah pemikiran. Ini jugalah yang harus kita sadari bahwa para pelajar nantinya akan menjadi kaum intelektual yang sangat dibutuhkan oleh lingkungan, maka sangat amat menguntungkan jika para penggerak-penggerak sebuah pemikiran adalah para intelektual yang berkarakter kuat sehingga pemikiran-pemikiran dari sebuah pergerakan itu akan tersampaikan dengan baik. Inilah yang membuat NII dan jemaah Tarbiyah sadar betul betapa berpengaruhnya pendidikan untuk pembentukan karakter umat. Semakin dini karakter-karakter itu dibentuk, semakin dini pula pribadi-pribadi yang berkarakter kuat akan lahir, yang kemudian menjadi kaum intelektual muda yang dapat berkontribusi besar dalam sebuah peradaban.
Pembentukan karakter dari pendidikan adalah dimana dalam pendidikan seharusnya terdapan point-point menitikberatkan pada pembinaan akhlaq (sifat), hal semacan ini yang dicontohkan oleh Rasulullah Salallahu’allaihi wasallam pada dakwah yang beliau lakukan pertama kali, yaitu memfokuskan membina akhlaq yang menghabiskan waktu 13 tahun. Tetapi dalam kurun waktu itu juga diberikan pengetahuan tentang hal-hal muammalat lainnya dan tetap focus utamanya pada akhlaq, kemudian orang-orang yang dibina itu dapat kembali membina umat secara luas, sehingga penggerak-penggerak yang sedang membawa misi-misi peradaban itu adalah orang-orang yang sangat idealis sehingga tidak ada keraguan bagi umat untuk meragukan apa yang ia sampaikan.
Untuk itu pendidikan berbasis karakter perlu kita terapkan sedini mungkin pada umat-umat saat ini, karena umat saat ini telah dihadapkan dengan Ghazul Fikr (perang Pemikiran) yang begitu parah sehingga sangat dibutuhkan pribadi-pribadi yang berkarakter kuat untuk menuntaskan perubahan. Jika lembaga-lembaga pendidikan belum menyadari tentang pentingnya hal ini, maka tugas orang-orang yang sadarlah untuk terjun kedunia pendidikan demi perubahan yang diharapkan, atau menciptakan lembaga-lembaga pendidikan baru yang berbasis karakter. Karena, diluar sana para perusak-perusak pemikiran kaum muda telah gencar melancarkan aksi penanaman pikiran-pikiran yang merusak pada para calon penerus peradaban, maka orang-orang yang sadar tentang pentingnya pembinaan akhlaq harus bisa “berperang” pada mereka yang juga mempunya misi menciptakan “dunia bobrok”. Semua itu bisa dikalahkan jika orang-orang yang sadar pentingnya pendidikan berbasis karakter itu bergerak bersama untuk menuntaskan perubahan, karena harapan itu selalu ada. Wallahu’alam bishawab.
0 komentar:
Posting Komentar