Pages

Rabu, 17 Februari 2010

Sisi Gelap Facebook


SOROTAN terhadap dampak negatif Facebook menjadi isu yang menghangat pekan-pekan terakhir ini. Meskipun situs jaring sosial ini telah diterima secara masif sebagai produk kecanggihan teknologi informasi yang bermanfaat, di situ bersemayam pula sisi gelap dan dampak negatif yang mulai dirasakan masyarakat.

Kasus hilangnya Marietta Nova Triani atau Nova adalah contohnya. Gadis berusia 14 tahun asal Sidoarjo, Jawa Timur, itu ditemukan di Tangerang, Banten, pekan lalu, dibawa kabur seorang lelaki yang dikenalnya melalui Facebook. Kaburnya Nova itu menjadi indikasi bahwa kekhawatiran masyarakat akan dampak buruk situs itu bukan sekadar isapan jempol.

Kasus Nova bukan satu-satunya kasus. Nasib yang sama juga menimpa Stefani Abelina Tiur Napitupulu, 14, asal Surabaya serta Sylvia Russarina, 23, yang berdomisili di Semarang.

Mengingat kian meluasnya pengguna jaring sosial itu di kalangan remaja, selayaknya dicurigai lebih banyak lagi kasus serupa yang belum terungkap.

Yang mengerikan ialah hilangnya anak-anak gadis itu diiringi dugaan telah terjadi pelecehan seksual atau tindak pencabulan. Artinya, Facebook telah dipergunakan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab untuk menarik manfaat seksual. Singkatnya, inilah kejahatan seksual modus baru yang mengancam anak-anak gadis berusia dini yang dengan mudahnya mengakses teknologi maju itu.

Teknologi maju tak dapat dihindari dan hanya bangsa yang bodoh yang menolak kemajuan. Facebook, Friendster, Twitter, dan situs jaring sosial lain di internet adalah produk teknologi informasi yang tidak bisa dibendung kehadirannya.
Internet telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan modern. Adalah mustahil memisahkan kehidupan modern dari internet.

Oleh karena itu, keliru besar melarang anak-anak dan remaja mengakses internet dan berkomunikasi melalui situs jaring sosial hanya karena muncul kasus-kasus penculikan dan penipuan di sana.

Yang harus dilakukan adalah terus-menerus membangun kesadaran yang kritis bahwa selalu ada peluang terjadinya sisi hitam dari sisi yang putih. Seharusnya kita sudah menyadari betapa di balik kekuatan situs jaring sosial yang manfaatnya luar biasa itu, tersembunyi pula bahaya yang sama dahsyatnya. Bukankah ada dua sisi dari sebuah koin?

Maka, pilihannya sangat terang benderang, yaitu membuat anak-anak lebih cerdas, lebih cermat, dan lebih berhati-hati dalam mengakses internet. Sebab, seperti halnya dunia nyata, dunia maya juga dipenuhi bahaya.

Akan tetapi, bagaimana orang tua dapat menyelami dunia anak-anaknya yang baru itu bila orang tua tiada mau mengikuti perubahan zaman?

Nasihat agar orang tua melek internet adalah anjuran yang baik untuk dilaksanakan agar orang tua lebih mengerti dunia anak-anaknya. Namun lebih penting lagi menciptakan komunikasi yang terbuka dan berkualitas antara anak dan orang tua sehingga tercipta kemampuan berbagi (sharing).

Semua anjuran itu telah menjadi klise, tetapi harus kembali diingatkan agar anak-anak tidak perlu mencari-cari suasana itu melalui situs jaring sosial di internet.


Teaser:
Seharusnya kita sudah menyadari betapa di balik kekuatan situs jaring sosial yang manfaatnya luar biasa itu, tersembunyi pula bahaya yang sama dahsyatnya.

http://www.mediaindonesia.com/read/2010/02/02/123243/70/13/Sisi-Gelap-Facebook-

Selasa, 16 Februari 2010

Dinamika-sudahkahKitaTarbiyah??


Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada mereka sendiri. (Ar-Ra’d: 11)

Kutipan ayat ini sering aku jumpai sebagai pembuka sebuah buku atau BAB tertentu, dan kali ini kembali aku jumpai di buku karangan Eko Nofianto yang berukuran sedang berwarna oren cerah berjudul “sudahkan kita tarbiyah?”. Aku terlonjat kaget ketika buku ini disodorkan saat ta’lim ahad lalu, excited karena agenda pekan depan bedah-buku-lagi dan merasa tertampar dengan judul buku ini, “sudahkah kita tarbiyah?”. Aku sangat-amat-senang jika agenda adalah membedah buku, karena sadar kurang akan ilmu, selalu terobsesi untuk melahap semua buku yang dijumpai, tapi selalu tak terealisasi. Penyebabnya adalah keterbatasan waktu (baca:keterbatasan semangat) yaps…terkadang hati ini menggebugebu ketika masuk ketoko buku dan membawa pulang salah satu bukunya-tentu saja setelah membayarnya- memprediksi buku ini akan kulahap dalam beberapa hari saja. Namuunnn,,, tak begitu adanya, ketika bertemu dengan mbah google atau bang wiki pedia, aku lebih tertarik untuk meminta bahan bacaan yang sedang aku butuhkan pada mereka, alhasil.. terbengkalailah buku-buku yang aku dapatkan dengan penuh semangat itu. Untuk itulah, tahun ini aku bertekad untuk MELAHAP HABIS SEMUA BUKU-BUKU YANG BELUM HABIS TERLAHAP DAN BUKU-BUKU YANG HARUSNYA SUDAH AKU LAHAP selain sebuah tekad lain yang sangat-amat-besar tahun ini, yaitu mendelete account FB aku (untuk saat ini belum bisa terlaksana karena ada grup MaKul disana dan aku harus tetap bertahan untuk tau info terbaru tetang MaKul aku yang satu itu). Untuk merealisasikan tekad mulia ini sudah aku list semua buku yang aku punya tapi belum selesai dibaca ( ternyata mencapai 5buku) dan buku-buku yang harus-akan-segera aku baca.

Kembali kesebuah judul “sudahkah kita tarbiyah?” sesaat aku merenung perjalanan tarbiyahku beberapa tahun ini, sudahkah-aku-benar-benar-telah-tarbiyah-?-?. menurut seorang teman, perubahan sikap dan lain sebagainya menjadi lebih baik merupakan efek dari diri yang tertarbiyah, nah pertanyaannya, apakah sikap aku telah berubah??. **merenung** sudah!! walaupun tidak banyak (tidak begitu yakin).

Faktor lain kenapa aku sangat-amat-senang bedah buku, karena aku tak harus membaca seluruh isi buku, cukup baca BAB-BAB yang telah ditugaskan kemudian dibahas bersama dan akhirnya dapat memahami seluruh isi buku dari hasil pemaparan teman-teman. Kalaupun nanti aku punya buku itu dan membacanya lagi, aku sudah tidak sulit untuk memahaminya.

Bismillah..

Ku mulai dengan basmallah untuk membaca BAB yang telah di amanahkan padaku, kemudian meresumenya. Mmm, buku ini cukup menyenangkan, kamus bahasa Indonesia milik adikku yang telah aku persiapkan untuk membantu memahami kata-kata “canggih” yang kemungkinan aku temui hampir tidak aku gunakan. Ternyata kata-kata pada buku ini cukup bersahabat..

DINAMIKA

Menurut pendapat mbak maya yang aku kutip dari dunia-nya, Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika juga berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok dengan kelompok secara keseluruhan.

Hal yang kerap kali membedakan peserta tarbiyah yang sukses dengan peserta tarbiyah yang-pada batasan tertentu-gagal adalah pada kecermatannya melihat dinamika dakwah. Futur-nya sebagian peserta tarbiyah bisebabkan karena kekaburannya menatap dinamika dakwah. Ada yang terkejut dengan dinamika yang naik, sedangkan sebagian lagi ada yang terpental dari dakwah karena keterkejutannya melihat dinamika dakwah yang memburuk. Ketika kita memanjat tebing dengan amat cepat dan bersemangat, mencurahkan seluruh tenaga untuk meraih puncak dengan cepat, ketahuilah, kita akan cepat merasa capek, ngos-ngosan, kehabisan nafas, kehausan, dan akhirnya kita melemah, berhenti diposisi tertentu atau yang lebih parah terjun bebas menuju dasar tebing dimana tempat kita memulai mendaki tadi. Alhasil, jadilah kita orang-orang yang MuTur (Mundur teraTur) atau orang-orang yang pergi dengan La Kalam La Salam (tanpa kata-kata tanpa Ucapan).

Tak ada perjuangan yang tak tertampar dinamika. Perjuangan tanpa dinamika adalah keangkuhan. Keangkuhan memang tidak memerlukan dinamika. Nabi Muhammad Shallahu Alaihi wa Sallam yang terpeliharapun mengalami dinamika, para sahabat mencicipinya pula. Karenanya, tarbiyah juga tidak luput dari dinamika, maka janganlah kita menjadi Pemimpi tapi jadilah seorang petarung yang menguasai secara integral terhadap dimensi konsep dakwah.

Ketahuilah wahai petarung, kita bukan bola golf yang akhir nasibnya sudah kita ketahui. Tangan kukuh dan tongkat besi itu telah ditakdirkan untuk membuat bola golf terpuruk ke liang sempit yang dingin dan gelap. Siapa yang peduli dengan bola golf??
Ketahuilah wahai petarung, hal yang kita punyai adalah lengan kurus yang tak biasa menggenggam kekalahan, hal yang kita miliki adalah dada yang agak ceking; tempat yang-sebenarnya-terlampau sempit untuk sebuah tanggung jawab. Hal yang ada pada kita wahai petarung, adalah kaki pecah-pecah yang Tak bisa diam ditengah hiruk pikuk ketidakadilan yang sombong.

Mari kita tanam anggrek ini wahai petarung, meski dalam pot mungil di atas batu. Kita hanya sudah terlanjur terlahir sebagai manusia yang manusia; hanya untuk hidup dan mengalir, atau untuk hilang dan gugur.

Dinamika adalah kawan akrab perjuangan; maju dan mundur, naik dan turun, juga diam dan berteriak; peran yang hanya tinggal menunggu saat penggunaan. Berteriak ketika harus berteriak dan diam ketika harus diam. Itulah dinamika. Tapi wahai petarung, tak semua dari kita yang bisa mengikuti dinamika. Karena, tak mudah untuk diam ketika nafsu mengajak untuk berteriak sekeras-kerasnya dan sulit untuk maju ketika kita tak ingin melakukannya. Sekali lagi wahai petarung, tak ada perjuangan yang tak tertampar dinamika. Perjuangan tanpa dinamika adalah keangkuhan, karena keangkuhan memang tidak butuh dinamika. Lalu wahai petarung, sudahkah kita tarbiyah? sudah tepatkah kita memaknai dinamika? Atau kitakah sang pemimpi itu??

***

BAB berikutnya lebih mirip dengan buku-buku kuliahku, tentang OVERLOAD INFORMASI sangat-amat-mirip-sekali. Untuk itu, wahai petarung… baca bukunya aja ya,, akan lebih terpuaskan.. ^,^