Pages

Selasa, 14 Desember 2010

dari gerakan mahasiswa ke partai politik

Bismillah Alhamdulillah wa Syukurillah. Puji dan syukur tak henti-hentinya di panjatkan kepada junjungan pemberi nikmat dan yang maha memiliki. Sang maha abadi. Allah Subhanallahu wa ta’ala, yang tidak pernah menyia-nyiakan siapapun yang mengharapkan keridhoan-Nya, dan tidak pernah menampik siapapun yang berdo’a kepada-Nya. Segala puji hanya milik-Nya, yang dengan segala taufik dan pertolongan-Nya semata apapun wujud kepentingan pasti dapat dilaksanakan dengan sempurna. Salawat beserta salam juga tidak lupa dihaturkan kepada sebaik-baiknya idola dan sebaik-baiknya suri tauladan. Nabi Salallahu’alaihi wa salam, kepada keluarga dan sahabatnya serta orang-orang yang berkontribusi di jalan dakwahnya sehingga kita, hari ini bisa menikmati indahnya islam dan iman dari Allah subhanallahu wa ta’ala.

Ibarat sebuah motor yang sedang dipanasi, begitulah mereka-mereka yang kini bergerak di sebuah pergerakan mahasiswa. Ibarat motor yang dibawa berjalan setelah dipanasi, begitulah mereka-mereka yang dulu berada di pergerakan mahasiswa dan kini berada di sebuah partai politik. Hal itu menjadi sebuah kewajaran, karena naluri meneruskan pergerakan yang sudah lama dibangun dari jaman mahasiswa dan diteruskan pembangunannya ketika sudah tidak lagi menyandang status mahasiswa dengan bergabung kepartai politik. Menjadi tidak wajar ketika aktif dipergerakan mahasiswa tetapi tidak melanjutkan kepartai politik manapun, ibarat motor yang telah dipanasi tetapi tidak dibawa berjalan. Sia-sia dan sangat disayangkan. Tetapi tidak ada hubungan pasti atau kemestian antara salah satu pergerakan mahasiswa dengan salah satu partai politik. Karena itu adalah pilihan pribadi. Tidak ada kepastian sebuah pergerakan mahasiswa A pasti akan meneruskan ke sebuah partai politik AA walaupun dari luar terlihat seperti itu. walau memang logikanya seperti ini: sebuah pergerakan mahasiswa yang berlandaskan B dan bertujuan C juga akan memilih sebuah partai politik yang berlandaskan B dan bertujuan C pula, maka terlihat seperti sebuah kemestian padahal tidak. Misalnya sebuah pergerakan mahasiswa yang berlandaskan islam akan meneruskan pergerakannya ke sebuah partai islam pula, kecil kemungkinan yang meneruskan kepartai nasionalis apa lagi komunis. Tetapi sebagai orang yang berada disebuah pergerakan mahasiswa saya tidak begitu suka jika pergerakan mahasiswa dimana saya berada disangkutpautkan dengan sebuah partai politik, itu kalau sedang memakai nama organisasi, tetapi lain ceritanya jika saya sedang memakai nama pribadi, terserah saya mau mensangkutpautkan diri saya pada partai politik manapun, karena itu urusah pribadi bukan urusan organisasi.

Suatu ketika, dihari yang sama, saya sedang mengurusi amanah disebuah partai politik dan disore harinya saya sedang mengurusi amanah disebuah organisasi mahasiswa. Dan dihari yang sama pula disebuah diskusi sore bersama teman-teman dari organisasi mahasiswa tempat saya belajar, saya bersikeras untuk tidak menyangkutpautkan sebuah partai politik (yang tadi saya sedang mengurusi amanah didalamnya) dengan organisasi mahasiswa tempat saya belajar, padahal hari itu saya sedang bergelut dikeduanya. Bukan maksud hati ingin menjadi munafik (na’udzubillah) tetapi hanya ingin profesional bekerja. organisasi mahasiswa ya organisasi mahasiswa partai politik ya partai politik. Walaupun nantinya akan berkesinambungan, tetapi itupun bukan lembaganya tapi individunya.

Tentang sebuah organisasi atau partai yang kini atau nanti kita pilih. Pastikan pemilihannya bukan karena ikut-ikutan atau terbawa lingkungan, pastikan kita benar-benar mengenalnya, menumbuhkan pemahaman terhadapnya, pendirinya, pemimpinnya, perjalanan sejarahnya, arahnya, dan pandangan-pandangannya serta kekurangan dan kelebihannya. Sehingga kita akan meraih kekuatan tsiqah terhadap fikrah jama’ah serta rasa mencintai dan memiliki yang kuat.


Wallahu’alam bishawab

1 komentar:

Novalisabatam mengatakan...

latar shitah nulis ini apa ya?

Apa krn lg hot2 nya pilkada?
wkwkwkwk

Posting Komentar